Bagaimana Warga Asia Tenggara Menavigasi Masa Depan Keuangan Mereka

Written on :
April 16, 2025

Bagaimana Warga Asia Tenggara Menavigasi Masa Depan Keuangan Mereka

Di seluruh Asia Tenggara, perencanaan keuangan adalah perjalanan yang sangat personal—dibentuk oleh budaya, ekonomi, dan generasi. Dalam studi regional terbaru Milieu Insight, 3.000 orang di Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Filipina berbagi cara mereka memandang uang: apa yang mendorong mereka, apa yang membuat mereka cemas, dan apa tujuan finansial mereka.

Sekilas, tujuan keuangan warga Asia Tenggara tampak universal. Membangun dana darurat, pensiun dengan nyaman, dan membeli properti muncul sebagai tiga aspirasi teratas. Namun di balik prioritas luas ini terdapat kisah yang lebih kompleks—tentang perbedaan pola pikir antargenerasi, tantangan spesifik tiap negara, serta tarik-menarik antara rasa percaya diri finansial dan stres.

Yang Praktis dan yang Aspiratif

Saat ditanya tentang tujuan keuangan teratas, lebih dari separuh responden Asia Tenggara menunjuk membangun dana darurat. Ini langkah praktis di masa penuh ketidakpastian—menandakan keinginan kolektif akan keamanan. Pensiun nyaman berada di urutan berikutnya, tujuan jangka panjang yang mencerminkan kawasan yang menua. Di posisi ketiga: mimpi memiliki rumah, yang tetap kuat meski harga properti naik dan gaya hidup berubah.

Setiap tujuan melukiskan gambaran kawasan yang menyeimbangkan kebutuhan saat ini dengan rencana masa depan—di mana bertahan, stabil, dan sukses saling terkait erat.

Mendefinisikan Kehati-hatian Finansial

Dalam hal perencanaan keuangan, hampir separuh responden mendefinisikan “prudent secara finansial” sebagai menghindari utang non-esensial. Definisi ini paling umum pada generasi yang lebih tua, terutama Baby Boomer, yang telah melewati lebih banyak siklus ekonomi dan cenderung berhati-hati. Di sisi lain, Gen Z sedikit kurang khawatir soal utang dan lebih mau mengeksplorasi jalur berisiko seperti kripto dan NFT.

Namun di seluruh kelompok usia, preferensi investasi justru selaras. Komoditas, saham individual, serta obligasi atau deposito berjangka termasuk produk yang paling banyak dipertimbangkan atau diinvestasikan. Artinya, sekalipun generasi muda lebih terbuka pada risiko, mereka tetap tertarik pada reliabilitas aset tradisional.

Singapura: Optimisme yang Berhati-hati?

Responden Singapura menonjol karena pendekatan yang konservatif terhadap pertumbuhan keuangan. Kurang dari sepertiga mendefinisikan kehati-hatian finansial sebagai memiliki banyak sumber pendapatan, dan hanya 8% yang mencantumkan “memulai usaha” sebagai salah satu tujuan keuangan utama—jauh di bawah rata-rata regional.

Ini mengindikasikan preferensi budaya yang kuat terhadap stabilitas, serta pendekatan risiko yang lebih terukur dibanding negara tetangga.

Rasa Percaya Diri Tak Selalu Nyaman

Salah satu temuan paling menarik adalah kesenjangan antara perasaan orang tentang kondisi finansialnya dan realitas yang mereka hadapi. Meski mayoritas menyatakan percaya diri secara finansial, porsi yang merasa aman secara finansial jauh lebih kecil—dan yang benar-benar mandiri secara finansial lebih sedikit lagi.

Hanya 17% warga Asia Tenggara yang melaporkan sudah mandiri finansial saat survei. 35% lainnya memperkirakan akan mencapainya dalam lima tahun ke depan. Kesenjangan makin lebar jika dilihat per generasi: hampir 40% Baby Boomer menyatakan telah mandiri finansial, dibanding hanya 14% pada Gen Z.

Perbedaan antarnegara menambah nuansa: di Indonesia, 1 dari 4 responden Gen Z sudah menganggap diri mandiri finansial. Di Vietnam, hampir setengahnya berharap mencapai tonggak tersebut dalam lima tahun.

Tinjauan Lebih Dekat: Thailand dan Vietnam

Stres finansial ternyata tidak merata. Thailand dan Vietnam menonjol karena memiliki jumlah Gen Z paling sedikit yang merasa aman secara finansial. Di Thailand, hanya 34% Gen Z merasa aman; di Vietnam, angkanya 32%.

Bahkan pada Gen X—sering dianggap tulang punggung angkatan kerja—Thailand menunjukkan tanda-tanda tekanan. Sementara mayoritas Gen X di Asia Tenggara merasa aman secara finansial, kurang dari setengah Gen X di Thailand mengatakan hal yang sama. Faktanya, Gen X Thailand melaporkan tingkat stres finansial tertinggi di kawasan.

Generasi dalam Transisi

Studi ini juga menemukan progres bertahap dalam sentimen finansial seiring bertambahnya usia. Responden yang lebih tua cenderung melaporkan rasa percaya diri dan rasa aman yang lebih tinggi, serta stres yang lebih rendah. Pergeseran ini menyiratkan bahwa stabilitas sering datang bersama waktu, namun juga menyoroti tekanan yang kian besar pada generasi lebih muda untuk menavigasi lanskap finansial yang semakin kompleks—dengan jejaring pengaman yang lebih sedikit.

Terlepas dari perbedaan pendekatan dan pola pikir antargenerasi, benang merahnya tetap sama: keamanan, kemandirian, dan masa depan yang lebih baik. Baik melalui menabung konservatif maupun berinvestasi agresif, warga Asia Tenggara mengejar kehidupan finansial yang menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab.

Ringkasnya

Studi regional Milieu Insight menawarkan pandangan mendalam tentang cara warga Asia Tenggara—lintas generasi dan negara—menavigasi urusan keuangan. Ini adalah kisah tentang ketangguhan, optimisme yang hati-hati, dan beragam jalan yang ditempuh demi kesejahteraan finansial. Meski jalurnya berbeda-beda, tujuan akhirnya sangat serupa: merasa aman, mandiri, dan berdaya atas masa depan mereka.

Rachel Lee
Author
Rachel Lee

The Content Lead at Milieu Insight. Passionate about translating data into impactful stories, she crafts content that bridges insights and action- making complex research accessible, engaging, and meaningful for audiences across the globe.

Siap untuk meningkatkan permainan wawasan Anda?

Take the first step towards data-driven excellence.
Contact Milieu today.
Terima kasih, kami akan segera menghubungi Anda!
Ups! Ada yang tidak beres saat mengirimkan formulir.
Contact us