Cara Pandang Warga ASEAN soal Pernikahan, Rumah, dan Keluarga

Bagaimana Pandangan tentang Pernikahan, Keluarga, dan Kepemilikan Rumah Berkembang di Asia Tenggara
Apa arti “memiliki segalanya” bagi orang Asia Tenggara saat ini? Dari pentingnya pernikahan hingga makna “rumah”, Milieu Insight mensurvei 3.000 orang di enam negara—Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Filipina—untuk mengeksplorasi perubahan perspektif tentang keluarga dan prioritas hidup di empat generasi: Gen Z, Milenial, Gen X, dan Baby Boomer.
Pernikahan & Anak: Masih Bernilai, tapi Kian Tak Dianggap Wajib
Di seluruh Asia Tenggara, mayoritas responden masih menilai pernikahan (40%) dan memiliki anak (31%) sebagai hal penting (namun tidak esensial) bagi semua orang. Sentimen ini paling menonjol pada generasi muda. Responden Gen Z paling mungkin mengungkap pandangan yang lebih fleksibel—melihat pernikahan dan menjadi orang tua sebagai pilihan hidup, bukan “keharusan”.
Meski demikian, tradisi tetap kuat di negara dan kelompok usia tertentu. Di Malaysia, Indonesia, dan Vietnam, lebih dari separuh responden Gen X memandang pernikahan dan anak sebagai hal esensial untuk hidup yang memuaskan—menunjukkan bahwa pergeseran nilai tidak terjadi seragam di semua tempat. Misalnya:
- Pernikahan: ID (77%), MY (58%), VN (55%)
- Anak: ID (70%), MY (52%), VN (53%)
Apa yang Mendefinisikan “Keluarga”?
Terlepas dari perubahan sikap, unit keluarga tradisional masih menjadi definisi dominan di kawasan, dengan 74% responden menganggapnya sebagai pemahaman utama tentang keluarga. Namun, keterbukaan kian tumbuh—terutama di kalangan Gen Z.
- Baby Boomer: 92%
- Gen X: 82%
- Milenial: 75%
- Gen Z: 69%
Gen Z juga memimpin dalam redefinisi struktur keluarga, dengan keterbukaan lebih tinggi terhadap keluarga sesama jenis—terutama di Thailand (39%) dan Singapura (31%). Sebaliknya, hanya 2% Gen Z di Indonesia yang menunjukkan keterbukaan yang sama.
Karier vs. Keluarga: Mencari Titik Temu
Saat ditanya soal prioritas, hampir setengah responden Asia Tenggara (47%) mengatakan ingin menyeimbangkan karier dan keluarga. Namun, preferensi bergeser ketika dilihat per generasi:
- Gen Z: 24% lebih memilih karier daripada keluarga
- Gen X: 28% lebih memilih keluarga daripada karier
Vietnam menunjukkan jurang generasi terbesar: 31% Gen Z memprioritaskan karier, sementara 36% Gen X condong ke keluarga.
Menariknya, meski prioritas berbeda, “usia ideal” untuk tonggak hidup utama cukup konsisten di semua generasi dan negara:
- Menikah: 27 tahun
- Memiliki anak pertama: 29 tahun
- Membeli rumah pertama: 30 tahun
Mimpi Memiliki Rumah Masih Hidup
Dalam hal stabilitas dan kesuksesan, kepemilikan rumah masih berada di puncak bagi sebagian besar responden Asia Tenggara (68%). Lalu, apa yang membuat lokasi terasa ideal?
Tiga faktor teratas di kawasan adalah:
- Keamanan & keselamatan (51%)
- Keterjangkauan (40%)
- Akses ke fasilitas/amenitas (33%)
Namun, ada nuansa nasional yang menonjol:
- Singapura: Keterjangkauan memimpin (61%), disusul keamanan (45%)
- Vietnam: Komunitas & lingkungan adalah faktor utama (53%), disusul keamanan (43%) dan keterjangkauan (21%)
Kesimpulan
Asia Tenggara tengah mengalami transformasi sunyi dalam nilai-nilai soal keluarga dan tujuan hidup. Meski tradisi masih kuat di banyak area, generasi muda—terutama Gen Z—kian merangkul definisi yang lebih luas dan fleksibel tentang arti hidup yang berhasil. Entah itu meninjau ulang pernikahan, mendefinisikan ulang keluarga, atau merombak prioritas antara karier dan rumah, satu hal jelas: identitas modern Asia Tenggara kini lebih beragam dari sebelumnya.

Author
Rachel Lee
The Content Lead at Milieu Insight. Passionate about translating data into impactful stories, she crafts content that bridges insights and action- making complex research accessible, engaging, and meaningful for audiences across the globe.